Keren, Festival Film Pendek Sumedang Tahun Ini Jadi Tingkat Asean

 

Sambutan dari Pimpinan Produksi Anggun Gunara


​Sumedang- Gempita sorak sorai memenuhi Aula Tampomas, Pusat Pemerintahan Sumedang (PPS), pada Sabtu malam saat Awarding Night Sumedang Short Film Festival (SSFF) 2025 mencapai puncaknya. Festival film pendek yang kini telah menembus kancah internasional ini tak hanya menjadi perayaan sinema, tetapi juga penegasan posisi Kabupaten Sumedang sebagai kekuatan budaya dan kreatif di peta global, yang berlangsunh sabtu malam (6/12/2024).

​Kepala Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda, dan Olahraga (Disparbudpora) Kabupaten Sumedang, Dian Sukmara, menyampaikan rasa bangganya atas capaian SSFF yang berhasil menarik lebih dari 700 pendaftar. Sebanyak 127 karya dari berbagai negara, mulai dari Timor Leste, Thailand, Tiongkok, hingga Australia berhasil lolos kurasi ketat dan bersaing dalam berbagai nominasi.

​"Para sineas kita telah membuktikan bahwa Sumedang punya potensi besar. Karya-karya mereka berani berbicara di level dunia, bahkan bersaing dengan peserta dari Asia Tenggara hingga Australia,” kata Dian.

​Dian juga menegaskan bahwa keberhasilan ini sejalan dengan nilai historis Sumedang sebagai Himbar Buana, yang berarti simbol kejayaan masa lalu yang kini kembali digaungkan melalui kreativitas generasi muda. Film pendek lokal Sumedang, seperti Hajat Lembur yang mengangkat tema budaya, juga turut bersaing dan diapresiasi karena kemampuannya menggali tradisi.

​Festival ini menandai sebuah lompatan signifikan. Dalam kurun waktu lima tahun, SSFF telah bertransformasi dari awalnya hanya berada di level lokal, kemudian naik ke tingkat Jawa Barat, dan kini resmi mencapai skala Asia-Australia.

​"Sumedang bukan kota kecil. Sumedang adalah kota berbudaya, bermartabat, dan sanggup berdiri sejajar dengan daerah lain melalui karya,” tambah Dian, berharap SSFF terus menjadi pemantik motivasi bagi talenta lokal.

Pimpinan Produksi Film Pendek, Anggun Gunara, mengapresiasi kerja keras panitia dan dukungan berbagai pihak. Ia mengakui tantangan dalam menyelenggarakan festival internasional dengan keterbatasan sumber daya.

​"Kami bersyukur bisa membawa festival ini sampai ke garis akhir. Tantangannya besar, tapi kebersamaan berbagai pihak membuat semuanya teratasi," ujar Anggun.

​Ia menekankan bahwa SSFF adalah milik seluruh masyarakat Sumedang. Film, menurutnya, adalah medium yang inklusif dan mampu menjangkau sisi kehidupan yang tidak tersentuh sektor lain.

​Mengenai partisipasi sineas dari Sumedang yang masih perlu ditingkatkan, Anggun berharap adanya perubahan positif di tahun mendatang.

​"Semoga tahun depan lebih banyak sineas lokal yang ambil bagian. SSFF hadir bukan untuk membuat jarak, tetapi untuk membuka ruang seluas-luasnya bagi konten kreator Sumedang," pungkasnya.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama