![]() |
| Foto bersama Nataraharja dan Puspa Karima |
Kuching, Sarawak — Dua grup seni tradisi asal Sumedang, Nataraharja dan Puspa Karima, tampil dalam ajang internasional Sarawak International Festival of Music and Arts (SIFMA) 2025 yang berlangsung pada 6–7 Desember 2025. Kedua kelompok ini mendapat undangan resmi untuk menampilkan seni tradisi Sunda di Dewan Undangan Negeri (DUN) Kuching, salah satu venue paling prestisius di Sarawak, Malaysia.
Mereka menampilkan dua genre seni unggulan Jawa Barat, yakni wayang golek dan tari topeng klana kreasi. Kehadiran kedua grup ini menjadi representasi Sumedang dan Jawa Barat dalam memperkenalkan seni tradisi ke panggung internasional.
Delegasi berjumlah 12 orang terdiri dari tujuh seniman Nataraharja dan lima dari Puspa Karima. Mereka merupakan perpaduan pemain musik tradisi, penari, dan pelaku seni yang aktif dalam pelestarian budaya Sunda. Berikut daftar delegasi yang tampil di SIFMA 2025:
- Yayang Eca Iswan Nur Alim – Dalang / Ketua Yayasan Nata Raharja Sumedang
- Bunga Dessri Nur Ghaliyah – Pemain Rebab / Ketua Yayasan Puspa Karima Indonesia
- Winda Ayu Ghaniyah – Pemain Gambang
- Muhamad Rizal Muntasyir – Pemain Kendang
- Egi Herdiansyah – Pemain Saron 1
- Desty Nursyiam – Pemain Saron 2
- Muhammad Gilang Assadillah – Pemain Kecapi
- Mita Trisnawardani – Pemain Gong & Kecrek
- Najwa Syabbani Riyadi – Sinden
- Sendy Dian Permana – Pemain Suling dan Alok
- Hanifah Putri Pratama – Penari Topeng
- Dewi Trisnawati – Penari Topeng
Dalam penampilannya, delegasi membawakan wayang golek lengkap dengan unsur musik, vokal, dan karakter pewayangan, serta tarian Topeng Klana yang dikenal dengan gerak dinamis dan ekspresi teatrikal yang kuat sesuai dengan wayang yang dimainkan oleh dalang, yaitu wayang rahwana.
Disamping itu, jelang keberangkatan, rombongan menerima dukungan dana sebesar Rp 2.000.000,- dari Pemerintah Kabupaten Sumedang. Bantuan tersebut masuk sekitar 12 jam sebelum jadwal keberangkatan menuju Bandara Soekarno-Hatta. Dana tersebut digunakan untuk: DP sewa mobil ke bandara sebesar Rp 1.600.000,- dan biaya packing alat musik tradisional yang dibawa ke Sarawak. Meski jumlahnya terbatas, dukungan tersebut merupakan hal positif karena merupakan simbol apresiasi dari Pemerintah Kabupaten Sumedang kepada para seniman Kabupaten Sumedang.
Partisipasi Nataraharja dan Puspa Karima di SIFMA 2025 menunjukkan potensi besar seni tradisi Sunda dalam memperluas jejaknya di kancah global. Wayang golek dan tari topeng menjadi representasi budaya yang kuat, menampilkan nilai-nilai artistik dan filosofi masyarakat Sunda di hadapan penonton internasional. Keikutsertaan ini juga mempertegas hubungan kolaboratif antara Yayasan Nata Raharja Sumedang dan Yayasan Puspa Karima Indonesia dalam mengembangkan seni tradisi melalui pendidikan, pertunjukan, serta pemberdayaan generasi muda.
Sebagai salah satu festival musik dan seni terbesar di Sarawak, SIFMA menjadi ajang penting bagi para seniman dunia untuk berkolaborasi, bertukar gagasan, dan memperkenalkan karya masing-masing. Kehadiran delegasi dari Sumedang tahun ini memperluas representasi Indonesia dalam forum budaya internasional yang melibatkan berbagai negara.
Melalui penampilan di DUN Sarawak, Nataraharja dan Puspa Karima berhasil membawa nuansa seni tradisi Sunda ke panggung global. Keterlibatan mereka di SIFMA 2025 tidak hanya memberikan pengalaman internasional bagi para seniman muda, tetapi juga menjadi langkah konkret dalam memperkuat diplomasi budaya dan memperluas promosi seni tradisi Jawa Barat di tingkat dunia.
Penulis: Winda Ayu

What Rp2.000.000., why so little?
BalasHapusYang penting tampil
HapusPosting Komentar