Fly for Semeru 2025, operasi khusus dari Fly for Humanity, tengah melakukan Aerial Rapid Assessment untuk mendukung percepatan penanganan pasca erupsi Gunung Semeru. Melalui pemetaan udara dan analisis visual berbasis drone, misi ini menyediakan data krusial bagi BNPB, BPBD, Basarnas, dan pihak terkait untuk mempercepat penilaian kerusakan, menentukan prioritas bantuan, serta mendukung pengambilan keputusan berbasis bukti di lapangan.
Hingga 23 November 2025, tim relawan telah berhasil memetakan 1.731 hektare wilayah terdampak sebagai capaian awal. Luasan ini bersifat sementara karena pemetaan masih berlangsung hingga 24 November dan diperkirakan bertambah setelah seluruh data terbang diproses. Operasi mencakup wilayah Desa Supiturang, Kecamatan Pronojiwo, dan Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro, sdua desa yang dipisahkan Sungai Curah Kobo’an, jalur utama aliran lahar dingin Semeru. Data ini membantu menggambarkan perubahan kontur, akses yang terputus, sebaran material vulkanik, dan titik berisiko yang berubah seiring aktivitas vulkanik.
Operasi Fly for Semeru 2025 merupakan kolaborasi sukarela dari berbagai lembaga pemerintah, organisasi relawan, komunitas drone, institusi pendidikan, dan mitra logistik. Pihak yang terlibat dalam misi ini meliputi BNPB, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG/Badan Geologi), Basarnas, BPBD Kabupaten Lumajang, TNI Angkatan Udara, AirNav Indonesia, dan Kantor Otoritas Bandar Udara Wilayah III. Misi ini juga didukung oleh berbagai komunitas dan organisasi seperti Sky Volunteer, Federasi Drone Indonesia (FDI), Mercy Asosiasi Pilot Drone Indonesia (APDI), XCEL, SOLUSI247, Local Angit Aviation, Box Breaker, Inspire Indonesia (U Inspire), Yayasan Adaptasi Bencana Indonesia (YABI), Synersia Foundation, serta Universitas Multimedia Nusantara (UMN) dan Garuda Academica. Dukungan logistik dan teknis juga diberikan oleh Doran Gadget, JETE Indonesia, dan mitra lainnya. Semua pihak bekerja secara sukarela, mengerahkan waktu, keahlian, dan sumber daya untuk memperkuat respon bencana Semeru.
Kondisi lapangan yang sangat dinamis menjadi tantangan utama. Menurut Septian Firmansyah, Team Lead Sky Volunteer, aktivitas vulkanik yang masih berlangsung membuat operasi udara harus dilakukan sangat pagi. “Kondisi Semeru sangat dinamis. Kami hanya dapat terbang antara pukul 05.30 hingga 10.00 karena setelah itu visibilitas turun, angin berubah, dan letusan sekunder bisa terjadi. Tantangan ini tidak mudah, tetapi semua relawan tetap maju karena data ini sangat penting bagi respon darurat,” ujarnya.
Seluruh penerbangan dilakukan mengikuti izin keselamatan AirNav Indonesia melalui NOTAM (Notice to Airmen). Selain cuaca dan visibilitas, aliran lahar dingin yang masih aktif turut menyulitkan akses tim di beberapa titik. Meskipun demikian, koordinasi antarlembaga memungkinkan operasi berlangsung aman dan terukur.
Berbagai jenis UAV digunakan dalam misi ini. Drone VTOL (Vertical Take-Off and Landing) digunakan untuk memetakan area luas, drone multirotor untuk pemetaan detail, dan drone FPV (First Person View), drone kecil berkecepatan tinggi yang dikendalikan melalui kacamata khusus, yang dimanfaatkan untuk memantau area berisiko tinggi seperti kawah dan aliran lahar. Seluruh data RAW dari operasi udara sedang diproses oleh tim analisis dari berbagai organisasi, menjadi orthophoto, peta tematik, dan model 3D yang siap digunakan instansi kebencanaan.
Kolaborasi lintas organisasi menjadi fondasi utama misi ini. “Fly for Semeru 2025 adalah kerja gotong royong. Dengan pemetaan udara, kami ingin memastikan setiap keputusan di lapangan didasarkan pada data yang akurat, terutama ketika kondisi terus berubah dari jam ke jam,” tambah Septian Firmansyah.
Operasi Fly for Semeru 2025 dijadwalkan selesai pada 24 November 2025. Melalui teknologi pemetaan udara dan semangat kerelawanan, misi ini diharapkan memberikan dukungan signifikan bagi penanganan darurat dan pemulihan pasca erupsi Gunung Semeru.

Posting Komentar