Cuaca Dingin di Musim Kemarau dan Fenomena Bediding



Akhir-akhir ini, suhu terutama di pagi hari terasa sangat dingin. Bahkan di beberapa daerah di Indonesia ada yang terasa sampai menggigil saking dinginnya cuasa pagi hari, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memperkirakan fenomena suhu dingin yang disebut "bediding" ini masih akan terjadi hingga September 2025. Bediding sendiri berasal dari istilah "bedhidhing" untuk menyebut perubahan suhu yang mencolok khususnya di setial awal musim kemarau. 

Menurut prakirawan BMKG Stasiun Klimatologi (Staklim) Jawa Timur Linda Firotul di Malang, Jawa Timur, fenomena bediding bisa terjadi karena dipicu oleh kemunculan angin timuran. "Bediding ini diakibatkan karena saat ini berada di musim kemarau dengan ditandai adanya dominasi angin timuran yang bersifat kering dan dingin. Fenomena ini biasa terjadi pada bulan Juli sampai September 2025," kata Linda, dikutip dari Antara, Jumat 18 Juli 2025.

Linda menjelaskan, kemunculan angin timuran kemudian ditunjang dengan kondisi langit yang cerah, sehingga mempercepat pelepasan panas dari permukaan bumi ke atmosfer saat malam hari. "Prakiraannya awal kemarau pada April, Mei dan Juni, tapi ada beberapa wilayah terkena dampak hujan akibat gangguan atmosfer, seperti (gelombang) rossby, kelvin, madeen-julian (MJO) yang berakibat mundurnya musim kemarau. Kalau di Malang Raya, kemarau sekitar Mei dasarian III sampai Juni dasarian I," ujarnya. 

Selain itu lanjut Linda, cuaca hujan yang turun di beberapa daerah pada akhirnya membuat suhu udara yang dirasakan menjadi lebih dingin. "Karena membawa massa udara dingin dari awan ke permukaan dan menghalangi pemanasan sinar matahari. Kalau rata-rata 30 tahun dari 1991 sampai 2020 itu sekitar 17-20 derajat Celsius," ucapnya.

Khusus di wilayah Malang Raya, kata Linda, suhu udara paling minim berkisar antara 16 derajat Celsius sampai 20 derajat Celsius. Dia memperkirakan bahwa puncak fenomena bediding akan terjadi pada periode Agustus. Suhu udara diperkirakan lebih dingin dari saat ini. "(Suhu udara) antara 13 derajat sampai 15 derajat Celsius. Kalau Juli 2025, suhu minimum berkisar 17 derajat sampai 20 derajat Celsius dan maksimalnya antara 26 derajat sampai 28 derajat Celsius," ujar dia.

Bediding mampu menyebabkan terjadinya embun beku atau embun upas di wilayah dataran tinggi, khususnya pegunungan. Kondisi itu, salah satunya terjadi di Ranupane yang menjadi bagian dari kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS). "Itu bisa terjadi apabila langit cerah, angin tenang (tidak berhembus kencang), dan kelembapannya tinggi," kata dia. 

Dengan demikian, udara dingin yang dirasakan masyarakat di Indonesia, bukan disebabkan oleh fenomena Aphelion seperti yang dirumorkan belakangan ini. Deputi Bidang Klimatologi BMKG Ardhasena Sopaheluwakan mengatakan bahwa Aphelion merupakan fenomena tahunan yang tidak berkaitan langsung dengan udara dingin yang saat ini dirasakan. Aphelion adalah titik terjauh dalam orbit Bumi saat mengelilingi Matahari. Ini adalah fenomena astronomi yang terjadi setiap tahun, sekitar awal Juli.

BMKG mengimbau untuk menjaga daya tahan tubuh selama fenomena cuaca ekstrem ini berlangsung. Beberapa hal yang bisa dilakukan, di antaranya:
  1. Menjaga dan meningkatkan imunitas tubuh dengan asupan nutrisi seimbang dan konsumsi minuman hangat.
  2. Menggunakan pelembap kulit untuk mencegah kulit kering atau pecah akibat udara dingin.
  3. Memantau informasi cuaca terkini melalui kanal resmi BMKG, seperti:
  • Website: www.bmkg.go.id
  • Media sosial: @infobmkg
  • Aplikasi: infoBMKG
BMKG juga mengingatkan bahwa meskipun suhu dingin di pagi hari menjadi perhatian, potensi bencana hidrometeorologi seperti banjir dan longsor tetap perlu diwaspadai, terutama di wilayah yang masih sering diguyur hujan.



Post a Comment

Lebih baru Lebih lama