Bunga Dessri Seniman Sumedang Terpilih Menjadi Satu dari Delapan Musisi Dunia dalam Mutual Mentorship for Musicians 2025–2026

Bunga Dessri Nur Ghaliyah


Sebuah kabar menggembirakan datang dari dunia musik Indonesia. Bunga Dessri Nur Ghaliyah, musisi, komposer, penulis, dan aktivis kesetaraan gender asal Sumedang, terpilih sebagai satu dari delapan musisi internasional untuk bergabung dalam program bergengsi Mutual Mentorship for Musicians atau M3 untuk periode Fall Equinox 2025. Program internasional ini berlangsung dari September 2025 hingga Juni 2026, Bunga menjadi satu-satunya peserta yang berdomisili di luar Amerika Serikat. Pemilihannya menjadi sebuah penanda penting bahwa suara dari komunitas seni di Nusantara semakin mendapatkan tempat dalam percakapan musik global.

Mutual Mentorship for Musicians adalah sebuah inisiatif yang berkomitmen mendukung perkembangan profesional dan artistik para musisi perempuan dan gender-ekspansif. Program ini tidak berlandaskan hierarki, melainkan pada semangat saling belajar, saling mendukung, dan saling memperkuat. M3 dikenal sebagai ruang yang memberi kesempatan bagi para seniman untuk mengambil risiko kreatif, menerima komisi karya kolaboratif, berlatih menulis, mengasah konsep artistik, memperluas jaringan, serta mendapatkan dukungan teknis seperti audio engineering dan video editing. Di dalamnya, para musisi dari berbagai latar belakang berkumpul untuk membangun hubungan sejajar yang melampaui batas genre, generasi, hingga geografi.

Cohort 8 tahun ini terdiri dari delapan musisi yang masing-masing membawa perspektif dan tradisi budaya yang unik. Mereka adalah Miranda Ingram Agnew, pemain trumpet dari Brooklyn New York; Bahar Badiei, pemain oud yang berbasis di New York City; Zahra Glenda Baker, vokalis dan pendongeng dari Chicago Illinois; Kim Clarke, pemain bass akustik dan elektrik dari Queens New York; Bunga Dessri, pemain rebab Sunda, tarompet penca, tarawangsa, piul, kacapi, gamelan, suling dan berbagai instrumen bambu dari Sumedang Indonesia; Mobéy Lola Irizarry, pemain congas, barriles, dan vokal dari New York dan Puerto Rico; Mona Miari, vokalis dan penulis lagu dari New York City; serta Wen Ting Wu, pemain drum yang juga berbasis di New York City. Kedelapan musisi ini dipilih karena kemampuan mereka menyeberangkan tradisi ke masa kini dengan cara yang berani dan relevan, serta dedikasi mereka terhadap komunitas yang lebih luas.

Dalam cohort tersebut, Bunga dipasangkan dengan Mobéy Lola Irizarry, musisi Afro Puerto Rico yang dikenal dengan kekuatan ritmis dan kedalaman spiritualitas dalam permainannya. Kolaborasi mereka akan berfokus pada hubungan antara tradisi, tubuh, suara, dan krisis iklim, tema besar cohort tahun ini. Pertemuan keduanya menghadirkan dua dunia yang jauh namun sama-sama kaya: Sunda dengan lanskap bunyi bambunya yang lembut dan mendalam, serta Afro Puerto Rico dengan energi drum yang kuat dan penuh sejarah perlawanan. Pertautan dua tradisi ini membuka kemungkinan baru tentang bagaimana musik dapat berbicara mengenai bumi, memori, dan masa depan yang sedang dihadapi bersama.

Perjalanan panjang Bunga hingga mencapai titik ini bukanlah sesuatu yang datang dalam semalam. Selama bertahun-tahun, ia menekuni musik tradisional Sunda secara mendalam sembari mengembangkannya dalam konteks kontemporer dan global. Kecintaannya pada rebab, tarompet penca, tarawangsa, piul, kacapi, gamelan, suling, dan berbagai instrumen bambu telah membawanya melintasi banyak panggung internasional. Ia aktif sebagai penulis, peneliti, komposer, dan aktivis gender, menjadikan suara dan kerja seninya tidak hanya berakar pada tradisi tetapi juga pada perjuangan sosial yang ia yakini.

Beberapa tahun terakhir, Bunga telah berpartisipasi dalam berbagai kegiatan luar negeri. Di antaranya Voice of The Ocean, 2025 International Austronesian Musicians Residency in Taitung yang berlangsung dari 25 Agustus hingga 24 September 2025, OneBeat 14 Fall 2024 Residency yang diselenggarakan oleh U.S. Department of State pada 23 September hingga 14 Oktober 2024, program workshop dan pameran The Festival of Abundance di Indonesia Pavilion, ACC Creation Gallery 6 Korea Selatan pada 28 November hingga 1 Desember 2024, serta Southeast Asian Golden Age Symphony di YST Singapore pada 23 hingga 28 Oktober 2023. Selain itu, Bunga juga terlibat dalam berbagai kerja kolaboratif internasional lainnya yang menghubungkannya dengan musisi, seniman, dan peneliti dari seluruh Asia hingga Amerika Serikat.

Terpilihnya Bunga dalam program M3 menjadi lebih dari sekadar pencapaian pribadi. Kehadirannya membawa representasi penting dari Jawa Barat dan Indonesia ke dalam jaringan musisi global yang terus berupaya menciptakan masa depan musik yang lebih setara dan lebih beragam. Bunga membawa suara komunitas yang sering kali tidak terlihat dalam peta musik internasional, namun memiliki kekayaan tradisi dan narasi yang sangat penting untuk didengarkan dunia.

Bunga menyampaikan bahwa baginya keterpilihan ini adalah peluang untuk membuka ruang bagi musik tradisional Sunda agar dapat berbicara di panggung yang lebih luas. Ia berharap kolaborasinya dengan Lola tidak hanya menghasilkan karya yang kuat, tetapi juga menciptakan percakapan baru tentang bagaimana musik dapat menjadi jembatan antara budaya, identitas, dan perawatan bumi. Ia percaya bahwa musik tradisi bukanlah benda statis, melainkan organisme hidup yang tumbuh bersama zaman dan manusia yang merawatnya.

Dengan durasi program yang berlangsung hingga Juni 2026, perjalanan Bunga bersama Mutual Mentorship for Musicians masih akan berkembang dan berlapis. Dunia menantikan karya baru yang akan ia ciptakan bersama para rekan cohort lainnya, terutama dengan Lola, yang masing-masing membawa sejarah, perjuangan, dan suara yang lahir dari tempat-tempat yang jauh namun saling beresonansi. Kolaborasi ini diharapkan menjadi pernyataan kuat bahwa musik adalah ruang di mana batas geografis mencair, dan identitas menemukan cara baru untuk saling menyapa.


Post a Comment

Lebih baru Lebih lama