Komunitas Pedaran Naskah Kuno (PENAKU) Rancang Program Keberlanjutan Naskah Kuno

Konsolidasi Pedaran Naskah Kuno (PENAKU). Foto: Sae



Sebuah langkah penting dalam pelestarian warisan literasi dan budaya Sunda terwujud melalui kegiatan Konsolidasi Komunitas Pedaran Naskah Kuno (PENAKU) yang digelar di Sekolah Budaya, Sumedang pada Jumat sore, 15 Agustus 2025.


Kegiatan ini diinisiasi oleh Dosen Universitas Padjadjaran, Kusnandar, sebagai upaya mempersatukan para pemangku kepentingan yang peduli terhadap pelestarian, penelitian, dan pemanfaatan naskah kuno.


Acara ini dihadiri oleh berbagai elemen penting, di antaranya Ketua Umum Dewan Kebudayaan Sumedang (DKS) dan jajaran koordinator Matranya, Kepala Bidang Kebudayaan Disparbudpora Sumedang, MGMP Bahasa Sunda Sumedang, para pemegang naskah kuno, seniman, budayawan, serta pegiat literasi.


Dalam forum konsolidasi ini, PENAKU menetapkan struktur organisasi dan menyusun program kerja strategis, yang mencakup: Pendataan dan digitalisasi naskah kuno. Kegiatan penelitian dan penerbitan hasil kajian. Program edukasi dan literasi budaya untuk sekolah dan masyarakat.


Menurut Kusnandar, pembentukan komunitas ini merupakan wujud sinergi lintas sektor. "Naskah kuno bukan hanya artefak masa lalu, tetapi sumber pengetahuan dan identitas budaya kita. Dengan PENAKU, kita berkomitmen merawat, mempelajari, dan menghidupkan kembali nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, dengan cara inventarisasi, preservasi dan utilisasi" ujarnya.


Kegiatan ini juga menjadi momentum penguatan jaringan antara akademisi, pemerintah, komunitas budaya, dan masyarakat. Harapannya, PENAKU dapat menjadi pusat koordinasi dan kolaborasi dalam upaya pelestarian naskah kuno, khususnya di Sumedang.


Dengan terbentuknya struktur dan program kerja yang jelas, Komunitas Pedaran Naskah Kuno siap melangkah sebagai garda terdepan dalam menjaga warisan sastra dan sejarah bangsa, agar tetap relevan dan dapat diwariskan kepada generasi mendatang.


Sebelum acara ditutup tentunya ada suguhan menarik dari Abah Engkus sebagai juru pantun sambil diiringi kecapi yang menemani sore itu semakin syahdu dengan lantunan rajah dan cerita pantunnya.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama