Winda Ayu, Seniman Muda Asal Sumedang Menjadi Pembicara di Southeast Asia Native Art Forum 2025 Malaysia

Winda Ayu Ghaniyah, penari dan pemusik Sunda asal Sumedang


Kuching, Malaysia – 11 September 2025 – Seni tradisional bukan sekadar pertunjukan, tetapi refleksi identitas, filosofi, dan nilai komunitas. Hal inilah yang dihidupkan oleh Winda Ayu Ghaniyah, penari dan pemusik tradisional Sunda, yang mewakili Yayasan Puspa Karima Indonesia sebagai keynote speaker di Southeast Asia Native Art Forum (SEANAF) 2025.


Kegiatan berlangsung dari 11 hingga 13 September di Kuching, Malaysia. Winda membawakan topik “Dance Heritage: Safeguarding Traditional Movements for Future Generations”, membahas strategi pelestarian gerakan tari tradisional yang kaya nilai budaya.


Perjalanan Seni dan Filosofi Gerakan Tari Winda menapaki dunia tari dan musik tradisional sejak masa kecil, belajar langsung dari guru-guru karawitan dan penari senior Sunda. Ia menggabungkan pengetahuan teknis tentang gerakan tari dan alat musik tradisional dengan pemahaman mendalam terhadap filosofi di balik setiap gerakan. 


“Dalam setiap gerakan ada cerita, simbol, dan nilai kehidupan. Mengajarkan gerakan ini bukan sekadar meniru bentuk fisik, tetapi menyampaikan memori budaya yang hidup,” jelas Winda. 


Sejak bergabung dengan Yayasan Puspa Karima Indonesia, Winda telah menginisiasi berbagai program pelestarian tari dan musik tradisional. Ia mendokumentasikan gerakan tari melalui video dan anotasi gerak, serta mengembangkan modul pendidikan tari yang bisa diajarkan di sekolah, komunitas, maupun lokakarya internasional. Pendekatan ini memastikan bahwa gerakan tari tradisional tetap relevan bagi generasi muda, sekaligus menjadi sarana pembelajaran lintas disiplin.


Kolaborasi, Inovasi, dan Pemberdayaan Komunitas Winda menekankan pentingnya kolaborasi lintas komunitas untuk menjaga kelangsungan seni tradisional. Ia aktif mengadakan pertunjukan gabungan antara generasi muda dan penari senior, menciptakan platform dimana pengetahuan tradisional diteruskan secara langsung.


Selain itu, Winda menggunakan tari sebagai sarana pemberdayaan perempuan, dengan melibatkan mereka dalam proses kreatif dan pertunjukan, sehingga seni tradisional sekaligus menjadi medium penguatan kapasitas sosial dan ekonomi. 


Di SEANAF 2025, Winda tidak hanya berbicara tentang pelestarian gerakan tari, tetapi juga menyoroti pendekatan interdisipliner: bagaimana seni tradisional dapat diintegrasikan dengan teknologi dokumentasi, penelitian akademik, dan program pendidikan formal maupun non-formal. Presentasinya menekankan bahwa menjaga gerakan tari berarti juga menjaga cerita, makna, dan nilai yang melekat pada budaya lokal.


Menyuarakan Budaya di Panggung Internasional, keikutsertaan Winda dalam forum internasional ini adalah bagian dari upaya Yayasan Puspa Karima Indonesia untuk menempatkan seni tradisional Indonesia di kancah global. 


“Forum ini memberikan ruang untuk bertukar praktik terbaik, membangun jejaring internasional, dan menunjukkan bahwa seni tradisional bukan hanya warisan masa lalu, tetapi sumber kreativitas dan identitas masa depan,” kata Winda.


 SEANAF 2025 juga menampilkan lokakarya, diskusi panel, dan pertunjukan seni tradisional dari berbagai negara Asia Tenggara. Winda akan membagikan kisah perjalanan kreatifnya, pengalaman mengajar, dan tantangan dalam melestarikan gerakan tari tradisional di tengah perubahan sosial dan budaya.


“Pelestarian tari tradisional adalah tanggung jawab kolektif. Generasi muda perlu diberi ruang untuk belajar, merasakan, dan meneruskan warisan ini. Seni bukan sekadar hiburan, tetapi sarana membangun identitas, memperkuat komunitas, dan menumbuhkan rasa bangga terhadap budaya sendiri,” tutup Winda.


Tentang Southeast Asia Native Art Forum 2025 adalah forum tahunan yang diinisiasi oleh platform Suka Seni dari Malaysia yang didukung oleh Kementerian Pariwisata, Seni, dan Budaya Malaysia. Didalamnya mempertemukan seniman, akademisi, dan praktisi budaya dari seluruh Asia Tenggara. Forum ini menekankan kolaborasi internasional, pengembangan komunitas seni, dan strategi pelestarian warisan budaya di era modernisasi dan globalisasi.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama